Sabtu, 26 Juni 2021

Program Berdampak Pada Murid "Ekskul Merdeka Belajar Abad 21 di SD Plus Lillah"



A. Deskripsi Program Aksi Nyata

SD Plus Lillah merupakan sekolah swasta yang berada di Kota Padang, sekolah ini terletak di Kecamatan Koto Tangah. Sekolah merupakan sekolah umum yang terintegrasi dengan pendidikan secara islami. Visi SD Plus Lillah adalah mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, religius, berkarakter dan berbudaya. Adapun beberapa misi yang dilakukan SD Plus Lillah untuk mencapai hal tersebut  adalah :  mengembangkan kreatifitas peserta didik dengan menggali semua potensi, seperti minat dan bakat peserta didik. Selanjutnya, menumbuh kembangkan  potensi potensi diri siswa untuk menjaga  dan mengolah lingkungan melalui kegiatan ektrakulikuler, olahraga, kesenia dan pengembangan diri. Selanjutnya, Kesibukan orang tua yang bekerja membuat siswa kami mendapat kurang perhatian dari orang tua. Karena sekolah ini menerapkan sekolah fullday jadi setiap hari siswa masuk sekolah pukul 07.00 WIB pulang pada pukul 16.00 WIB ( Situasi Tanpa Pandemi). Beberapa siswa juga terkadang sering mengeluh ingin berprestasi dalam kegiatan ekskul tetapi mengalami permaslaahan waktu untuk latihan. Beberapa penjelasan yang dikemukakan diatas dapat dikemukakan bahwa sekolah ingin meningkatkan potensi setiap siswa agar dapat berprestasi dalam kegiatan ekstrakulikuler dengan keterbatasan perhatian orang tua dan waktu untuk membimbing siswa. Maka dibuatlah sebuah Aksi Nyata yang sudah dilakukan beberapa waktu terakhir dan dimasa selanjutnya yaitu perencanaan program Sekolah yang berdampak pada siswa “Ekskul Merdeka Belajar Abad 21”.

Hasil dari kegiatan aksi nyata yang dilakukan adalah minat dan bakat siswa lebih tersalurkan. Banyak ekskul yang dapat dipilih sesuai kemampuan minat dan bakat siswa sehingga dalam pelaksanaannya siswa lebih bertanggung jawab. Siswa dapat mengetahui teori maupun praktik secara mandiri karena ekskul sesuai dengan keinginan mereka. Prestasi yang dicapai dalam kegiatan pun sangat baik sekali dan berubah secara signifikan. Selain itu, dari permintaan siswa pada assessment minat dan bakat  maka lahirlah ekskul baru yaitu Kids Start Up Digital. Hal ini karena banyaknya siswa yang ingin mengembangkan kompetensi dibidang digital mulai dari hobi menulis di blogger, membuat website serta coding atau pemogrmaman.

Awalnya SD Plus Lillah sudah memiliki beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang telah dilakukan, tetapi dalam pelaksanaannya masih sering terjadi beberapa tantangan dilapangan. Sepanjang pengamatan, banyak siswa memilih ekskul karena tidak ada pilihan lain. Ekskul yang sudah ditetapkan sekolah, hanya beberapa saja yang megambil karena sesuai minat dan bakatnya. Banyak diantara siswa yang diwawancarai saat kegiatan ekskul yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya karena ikut-ikutan dan tak tahu ekskul yang terbaik bagi mereka.

Dampaknya dalam kompetisi tidaklah begitu maksimal hal ini dapat terlihat dari banyaknya siswa yang diutus sedikit sekali yang berprestasi. Permasalahan ini selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan sekolah bersama guru dan kepala sekolah serta psikolog sekolah. Kepala ekolah memfasilitasi hal ini dengan cara mengumpulkan beberapa penanggung jawab ekskul yang ada dan menghadirkan psikolog sekolah  sebagai ahli dalam assessment bakat dan minat siswa. Pengambilan keputusan dalam hal ini lebih melibatkan proses BAGJA. Proses pengambilan keputusan dalam program ekskul yang berpihak pada murid haruslah menggali hal-hal positif terhadap asset yang dimiliki oleh sekolah.


Setelah melakukan assesmen dengam melibatkan orang tua dalam pengambilan keputusan bagi siswa merupakan jalur membangun komunikasi agar tercapainya tujuan mengembangkan ekskul yang sesuai dengan minat dan bakat peerta didik. Dari data yang didapatkan 60%  dari jumlah siswa  siswa sudah memiliki klub  tempat mereka untuk latihan. Sedangkan 40 % lainnya belum memiliki klub untuk latihan. Selanjutnya dari data yang sudah dikemukakan maka diputuskan untuk anak anak yang belum memiliki klub dilakukan pengambilan keputusan dalam merencanakan progam ekskul untuk satu kedepan.


Adapun ekskul yang akan diptuskan adalah Sains, Matematika, Bahasa Inggris, Paskibraka, Bahasa Inggris, Karate, Futsal, Atletik, Renang dan Teknologi Informasi. Dalam menentukan ekskul dibuatlah flyer sekolah dalam PPDB.


Pelaksanaan Program Ekskul yang berpihak pada murid ini dilakukan pada awal tahun ajaran tentunya dengan protokol Covid yang ketat. Jika terjadi keterbatasan dalam pelaksanaannya maka akan dilakukan secara mandiri dengan pengawasan orang tua maupun dengan cara daring. Melihat kegiatan ekskul yang diadakan pada KOSN tahun 2021 yang lalu, sekitar bulan April 2021 beberapa cabang ekskul seperti Karate dan Renang memperoleh mendali emas dan perunggu. Ini merupakan kontribusi dari dampak ekskul yang merdeka belajar. Program ekskul yang melibatkan pemangku kepentingan dalam  pengambilan keputusan serta assessment yang dilakukan sekolah.


B. Perasaan Selama Menjalankan Program

Kegiatan ini sudah berlangsung selama sebulan lebih.. Saya merasa senang, karena sudah banyak siswa yang berbicara langsung bahwasanya mereka sudah lama ingin ekskul yang sesuai dengan bakat dan minat mereka. Orang tua sangat senang dengan keputusan ini dikarenakan  terjadinya perubahan perilaku dan tanggung jawab siswa yang biasanya selalu keinginanya berubah dalam beberapa latihan ekskul. Murid merasa lebih merdeka terhadap potensi minat dan bakat yang mereka miliki sehingga kesenangan ekskul yang mereka pilih menjadi berprestasi dan juga berdampak baik ke sekolah. Rasa optimis juga bahwa dalam pelaksanaannya dapat selalu mendapat dukungan dari berbagai pihak baik itu dari Guru, Orang Tua, Kepala Sekolah, Komite dan Pengawas. Sehingga ekskul merdeka belajar ini bisa dijadikan best practice untuk sekolah-sekolah lain di Kota Padang.

C. Pembelajaran dari Pelaksanaan Program

Adapun pembelajaran yang didapatkan dalam pelaksanaan aksi nyata adalah menjalankan aksinyata dengan penuh optimis. Memperhatikan kemampuan masing-masing murid dalam menentukan program ekskul, mengkomunikasikan kepada semua pihak  dalam pengambilan keputusan. Selain itu program ekskul yang dilakukan kedepan dengan memperhatikan perkembangan teknologi yang ada. Sekolah juga akan membuat tempat untuk coaching bagi siswa dalam mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan program ekskul sehingga siswa akan mampu mengatasi permasalahan secara mandiri. Setiap menjalankan program sangat dibutuhkan komitmen dalam pelaksanaan dilapangan dan membangun komunikasi yang positif bersama pemangku kepentingan.

D. Rencana Perbaikan

Sedangkan rencana perbaikan dimasa depan adalah akan melakukan monitoring dan evaluasi program yang telah dilakukan. Monitoring dan evaluasi akan dilakukan secara berkesinambungan dalam pelaksanaannya dilapangan. Monitoring dan evaluasi dapat mengukur program. Selain itu, dalam penerapan ekskul ini tentu membutuhkan waktu agar dapat terlihat dampaknya secara signifikan.



 

 




Senin, 17 Mei 2021

ABCD (Asset Based Community Development) dalam Pembelajaran Berpihak Pada Murid, Bisakah?

 


Asset Based Community Development atau Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010). 12 Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas.

Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi.

Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.

Pada kegiatan ini seorang CGP diminta untuk memaparkan cara memanfaatkan pengelolaan sumber daya dengan proses belajar murid. Lingkungan sekolah saya memiliki lahan yang luas, memiliki guru yang masih muda dan memiliki ruang serbaguna yang bisa menampung 300 orang dalam kegiatan yang berskala besar. Pada kegitan teori Penjasorkes, saya mengajak anak-anak dengan sebuah pembelajaran diluaar kelas. Saya bisa melakukan pembelajaran dibawah pohon yang rindang. Membentuk kelompok-kelompok kecil dalam diskusi luar kelas nantinya. Untuk kegiatan praktik olahraga, saya menggunakan lapangan olahraga yang teduh dan juga memiliki saran yang memadai.  Saya bisa membuat pembelajaran Game Team Tournament, Pembelajaran dalam kelompok kecil lainnya. Anak-anak saya minta untuk mengeksplorasi materi yang sudah dipahami terlebih dahulu, agar siswa dapat mengambil nilai-nilai positif dalam kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna. Lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan membuat saya tidak terlalu khawatir terhadap keamanan siswa dalam melaksanakan kegiatan.



Sekolah saya juga mempunyai  proyektor dan juga masing-masing kelas memiliki laptop. Laptop ini selain milik sekolah guru-guru juga memilikinya. Presentasi kelompok juga banyak dilakukan siswa dalam kegiatan ini. Selain itu saya juga memiiki e-learning pribadi yaitu www.e-penjas.online . Memang ada perubahan siswa saat belajar mengguakan media elektronik dan tidak. Pada saat menggunakan media elektronik siswa menjadi fokus dan setelah kegiatan tersebut terlihat siswa menggunakan elearning dalam pembelajaran mandiri di kelas.



Pelaksanaan pembelajaran di sekolah saya menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Kegiatan ini dapat terlihat dari kegiatan di e-learning saat pembelajaran dikelas dengan kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas ini dibuat oleh siswa dan dibimbing oleh guru. Dengan membuat kesepakatan kelas siswa memang terlihat tenang dan mematuhi aturan yang sudah mereka buat. Guru juga tidak lagi memaksakan siswa untuk harus bisa dengan materi yang ada di sekolah, disini guru paham bahwa siswa memiliki kelebihan sesuai kodrat alam mereka. Tugas guru disini adalah menemukan kelebihan mereka tersebut sehingga apabila mereka paham dengan kelebihan yang mereka punya mereka bisa melatih dan mengembangkan potensi yang mereka miliki tersebut.

Pada saat sebelum mengikuti guru penggerak saya sudah terbiasa membawa siswa ke lingkungan sekolah. Kami memang banyak melakukan praktik-praktik kecil sederhana di luar kelas. Saya juga sering menggunakan proyektor dalam proses pembelajaran. Namun saya masih memberikan tugas yang sama kepada seluruh siswa. Setelah mengikuti PGP angkatan 1 ini saya lebih memahami kelebihan yang dimiliki siswa. Dalam pemberian tugas pun saya memberikan pilihan kepada siswa boleh lewat tulisa, suara atau dalam bentuk gambar. Siswa juga terlihat lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas yang saya berikan tersebut. Saya juga mulai membuat kesepakatan kelas bersama siswa. Saya melihat ide-ide cemerang yang dikemukakan oleh siswa.